Kamis, 27 Januari 2011

Sistem pembagian pendapatan dari Hak Siar TV

Pernah ada klub ISL yang keberatan jika pertandingan kandangnya disiarkan langsung oleh ANTV sebagai salah satu TV  yang ditunjuk PT. Liga Indonesia yang berhak menyiarkan pertandingan ISL. Alasannya diantaranya karena jadi sepi penonton, sehingga pemasukan dari tiket berkurang.

Lho, mengapa harus menolak? Disamping lebih dikenal daerahnya oleh seluruh rakyat Indonesia jika pertandingannya disiarkan langsung, bukankah klub tersebut juga dapat pemasukan dari Hak Siar TV?

Kalau di luar negeri penerimaan pendapatan dari hak siar TV memang sangat menggiurkan. Sekedar contoh saja Barcelona dan Real Madrid dalam satu musim kompetisi bisa menerima pendapatan dari hak siar mencapai 1,7 triliun rupiah.

Kalau di Indonesia klub-klub ISL berapa ya menerima pendapatan dari hak siar TV? Mohon maaf rekan-rekan netter, untuk saat ini saya belum dapat informasi walaupun sudah mencari berita dari berbagai sumber lewat browsing ataupun koran atau majalah tertentu. Tetapi kalau rekan-rekan ada yang tahu, silahkan diinformasikan kemari. Saya sangat senang mendengarnya he..he.. :cendol

Sistem dalam pembagian pendapatan dari Hak Siar TV ada dua, yaitu :

1. Berdasarkan hasil negosiasi

Dengan sistem tersebut, maka besar atau kecil pendapatan sangat tergantung dari hasil negosiasi antara pemilik TV dengan klub. Kekurangan dari sistem ini bisa membuat kecemburuan, karena ada klub tertentu pendapatannya relative besar sedangkan relative kecil. Namun kelebihannya akan memacu bagi klub yang berpendapatan relative kecil untuk berusaha keras. Misalnya dengan membuat pertandingan menjadi lebih atraktif dan berkualitas sehingga penonton lebih banyak berduyun-duyun datang ke stadion. Dan tentu saja harus didukung infrastruktur yang memadai, jalan menuju stadion atau suasana dan tempat duduk stadion menjadi lebih nyaman.

2. Berdasarkan pembagian yang merata

Sistem ini akan membuat persaingan antara klub yang satu dengan yang lain lebih nyaman, tidak ada kecemburuan social. Namun kekurangannya adalah bagi klub besar yang saat pertandingan siaran langsungnya membuat rating TV penyiar jadi TOP sepertinya tidak adil.

Dua sistem tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Mana yang lebih cocok tentunya akan disesuaikan dengan kondisi Negara dimana liga itu berada. Tetapi kalau di Indonesia, menurut hemat saya karena industri sepakbolanya belum begitu jalan masih mayoritas tergantung dari dana APBD. Jadi sebaiknya menganut system kedua-duanya saja.

Artinya bagi klub yang sudah mandiri akan memperoleh pendapatan dari hak siar yang lebih besar. Sedangkan bagi klub-klub yang masih sangat mengharapkan kucuran APBD dalam memutar jalannya kompetisi maka akan memperoleh pendapatan yang merata. Adil kan?

http://golspektakuler.com/2010/05/17/sistem-pembagian-pendapatan-dari-hak-siar-tv/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar