Kamis, 27 Januari 2011

Arema dan LPI - Flash Back Arema

Flashback Arema dan gonjang-ganjing keikutsertaan di LPI

Ngomong-ngomong tentang LPI (Liga Primer Indonesia), beberapa minggu ini pemberitaan di beberapa media massa sangat santer memberitakan tentang liga yang baru terbentuk ini. Wajar saja, setelah euforia Timnas di Piala AFF mulai mereda, media massa membutuhkan bahan berita yang "segar" meski mengangkat tema berupa sepakbola. Jadilah LPI, Kebobrokan di tubuh PSSI (Nurdin Halid) dijadikan headline. Terlepas adanya selentingan tentang politik pemberitaan dan media yang tergadaikan netralitasnya tiba-tiba saja jadi teringat Kongres 2003 ketika Nurdin Halid terpilih menjadi Ketum PSSI pertama kali dan Kongres 2007 setelah AFC Cup untuk masa jabatan yang kedua. So, Kemana saja kalian selama ini?

http://wearemania.net/images/berita/2011_01/2011_01_LPI_arema.jpg


Rasanya terlalu naif kalau saya terus-menerus membahas Nurdin Halid, dkk selama menjabat sebagai Ketum PSSI. Bukan karena saya mendukung dia tetapi kalau dijabarkan rasanya obrolan sehari saja tidak akan begitu cukup. Disamping saya sendiri yang tidak memiliki bakat untuk menyusun setumpuk laporan dosa yang telah dilakukan Nurdin Halid, dkk hehehe....

Mengenai konflik LPI vs PSSI saya sendiri tidak ingin berpolemik sendiri. Cukup tahu saja bahwa itu bagian dari politisasi sepakbola negeri ini. Disamping esensi sepakbola itu adalah sebuah permainan dengan berbagai kesenangan dan kegembiraan. Seperti yang diutarakan teman saya Sam Arief disuatu forum beken di dunia maya, Football for Fun! Tapi kalau berbicara mengenai perubahan di tubuh PSSI, jangan tanya itu memang HARUS dilakukan.

Omong-omong tentang LPI saya mau sedikit flashback tentang polemik yang melibatkan Arema FC dengan LPI. LPI kabarnya sudah dipersiapkan 2 tahun lalu, dan sayangnya baru diperkenalkan ke publik sebagai wacana pada bulan September 2010 lalu ketika ISL musim 2010/2011 hendak bergulir. Awalnya LPI hendak digulirkan pada 28 Oktober 2010 sebagai simbol perjuangan kaum "partikelir" sepakbola Indonesia menuntut perubahan di tubuh PSSI, baik struktural di organisasi maupun sistem secara keseluruhan. Namun, dikarenakan suatu hal gong LPI akhirnya diundur ke November 2010 hingga akhirnya fix di tanggal 8 Januari 2011.

LPI yang akhirnya sekarang ini diperkuat dengan 19 tim (15 klub baru, 3 klub ISL dan 1 klub "sempalan" dari Divisi Utama) dan siapa sangka jika akhirnya LPI menunggu 1 klub baru untuk menggenapi jumlah peserta menjadi 20 tim. Dan ternyata 1 peserta yang ditunggu itu adalah Arema FC disamping ada alternatif tim lain yang masuk sebagai "daftar tunggu".

Polemik keterkaitan Arema FC dan LPI mulanya tidak diketahui publik. Maklum selepas Arema bertanding di Final Piala Indonesia 2010 ketika itu adanya liga tandingan baru sebatas wacana dan fokus pemberitaan mengenai Arema masih berkutat pada problem internal tim. Ditengah fokus publik pada problem internal tersebut tak dinyana sempat ada guyuran angin segar di kubu Arema. Berita kerjasama sponsorship antara Bank Saudara (anak perusahaan dari Medco Group yang dimiliki Arifin panigoro) dan Arema sebesar 5Miliar rupiah menjadi penyegar dahaga Aremania dan memperpanjang nafas Arema untuk bersiap mengarungi kompetisi. Bahkan Bank Saudara sudah memberikan DP sebesar 30% atau 1,5Miliar rupiah besarnya keseluruhan kontrak.

http://wearemania.net/images/berita/2010_10/123_medco

Ibarat ada udang dibalik batu, ternyata kerjasama sponsorship yang melibatkan kedua pihak diatas yang dibantu oleh Menegpora Andi Malarangeng dengan Arema yang diwakili oleh petinggi Arema berinisial MN bukanlah kerjasama sponsorship yang berazaskan simbiosis mutualisme, melainkan HUTANG PIUTANG dengan embel-embel tertentu. Jadinya uang 1,5Miliar rupiah yang diterima oleh Arema dihitung sebagai DP dari hutang Arema kepada Bank Saudara lengkap dengan "atribut" tambahan sebagai "pengikat" Arema untuk berlaga di kompetisi LPI (pada waktu itu wacana kompetisi LPI sudah digulirkan). Kehadiran Andi Malarangeng dalam perjanjian itu disinyalir untuk membujuk Arema agar meninggalkan kompetisi ISL dan masuk kompetisi LPI. Di lain itu akurnya Andi Malarangeng dan Arifin Panigoro yang berbeda bendera partai disebut-sebut sebagai bagian dari skenario bersatunya dua partai besar di negeri ini dimana salah satunya bersikap sebagai oposisi dan menjadikan 2014 sebagai tujuan akhirnya. Lengkap dengan skenario untuk menggusur dominasi salah satu bendera partai yang telah lama menikmati "kue" bertajuk sepakbola.


Issue mengenai adanya yang tidak beres diantara kerjasama sponsorship semakin merebak dengan beberapa indikasi mulai tidak dicantumkannya Logo sponsor sebagai sponsor resmi Arema baik ketika memulai kompetisi akhir September 2010, pencantuman logo di website, hingga "menghilangnya" pihak-pihak yang terlibat dengan kerjasama sponsorship tersebut di pihak Arema. Bayangkan saja angka 5M untuk kontrak kerjasama sponsorship di Arema merupakan salah satu yang terbesar sejak kepergian Bentoel di Arema. Nilai sebesar itu cukup untuk mendapat kompensasi pencantuman logo di dada pemain seperti yang didapat oleh Extra Joss, sponsor Arema di tahun 2005-2006 dari PT Bintang Toedjoe dengan nilai 3,5Miliar rupiah pertahun. Inilah yang menjadi penguat dari indikasi ketidakberesan kerjasma sponsorship, apalagi di kemudian hari Arema mendapatkan sponsorship dari pihak lain meski nilainya lebih kecil dan hak kompensasi selayaknya sponsor utama.

Disamping itu kontroversi yang melibatkan Konsorsium LPI yang diwakili Arya Abhiseka dengan Arema FC dan Aremania semakin pelik. Komentar Arya Abhiseka di media massa yang mengisyaratkan Arema FC sudah dibeli konsorsium LPI dan akan mengikuti/pindah ke LPI membuat Aremania berang. Arema FC dan Aremania merasa mendapatkan perlakuan hina dari Konsorsium LPI yang mengambil alih Arema dengan hanya imbalan 1,5M dalam bentuk hutang! Bayangkan saja Konsorsium LPI bisa menjadi kreditor bagi Arema dan sekaligus mentakeover Arema. Bahkan secara etika dan profesionalisme patut dipertanyakan daripada ketika Bentoel mengakuisisi Arema dari Sam Ikul dengan harga 1,8-6M di tahun 2003 dengan mendapat restu dari Aremania.

 


Saya masih teringat ketika launching pemilik dan management Arema ketika ditakeover Bentoel di bulan Januari 2003. Bersama ratusan Aremania, Sam Ikul dan manajemen baru yang disaksikan puluhan jurnalis launching itu sempat diiringi tetesan air mata Sam Ikul dan beberapa Aremania ketika Yuli Sumpil dan ratusan Aremania lainnya serempak menyanyikan "Arema..Arema..Kita disini Arema". Ini bukanlah tangisan kecewa dari Aremania dan perpisahan dari Sam Ikul. Melainkan airmata haru serta ungkapan terima kasih mendalam dari Aremania kepada Sam Ikul atas jerih payah selama 16 tahun memegang Arema dan Bentoel sebagai pemilik baru. Inilah yang tidak dimiliki oleh Konsorsium LPI ketika berupaya menggaet Arema. Arogansi oknum konsorsium harus dibayar mahal oleh caci maki segenap Aremania yang menyayangkan langkah konsorsium LPI untuk mentakeover Arema tidak hanya dipenuhi intrik tapi juga jauh dibawah sikap profesionalisme dan respek kepada Arema FC dan Aremania. Flash back selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar