Kamis, 27 Januari 2011

Arema dan LPI - Hak Siar Televisi

http://wearemania.net/aremania-voice/faq-arema-dan-lpi-hak-siar-televisi-bagian-2.aspx?Itemid=104

Melanjutkan postingan yang ini masih banyak beberapa pertanyaan-pertanyaan tentang Arema FC dan LPI, saya share beberapa diantaranya :

2. Hak Siar ISL
Tahukah Anda berapa hak siar ISL(Indonesia Super League) musim ini? Hanya 10M permusim untuk menyiarkan langsung 150 dari 360pertandingan ISL 2010/2011. Bandingkan dengan hak siar EPL yang dikuasai oleh salah satu grup media yang menelan dana hingga 10 juta dolar selama semusimnya meski dengan jumlah laga yang disiarkan langsung lebih banyak ketimbang ISL.

Jika kita mau jeli angka 10 Miliar setahun untuk sebuah tayangan yang memiliki rating tinggi seperti ISL bisa terbilang "murah". Berdasarkan informasi dari sumber internal ANTV, siaran langsung ISL merupakan program unggulan. Bahkan, partai-partai yang melibatkan klub-klub tertentu seperti Persib, Arema dan Persija memiliki rating tinggi ketika pertandingannya disiarkan langsung. Bahkan menurut ANTV rating siaran langsung ISL ini mengalahkan sinetron dan menjadikan program siaran langsung ISL sebagai tayangan keluarga.

http://wearemania.net/images/berita/2011_01/2011_01_03_lpi_4.JPG

Hak siar ISL terlalu murah !!

Kalau merujuk pada hasil tv rating Djarum ISL musim kompetisi lalu, rata rata siaran langsung pada angka rating 3, tertinggi 7 dan terendah 1,1. Sedang share rata rata adalah 17,9 dengan share tertinggi 37,7 dan terendah 7,4. TV rating adalah jumlah penonton suatu program acara dibanding dengan jumlah penonton secara keseluruhan (dalam %), sedang share adalah jumlah penonton suatu program acara dibanding penonton program acara lain pada saat bersamaan (dalam %). Pencapaian standar pengukuran penonton televisi untuk siaran liga nasional ini merupakan masih yang tertinggi untuk program acara olahraga/sepak bola di semua stasiun televisi nasional (Fatih Chabanto, Suara Merdeka).

Begitu juga dengan tayangan final AFF Cup 2010 yang mempertemukan Indonesia dengan Malaysia memiliki rating TV dan share yang lebih baik dibandingkan dengan rating dan share untuk Final Piala Dunia 2002 dan Euro 2008. Ini mengindikasikan bahwa sepakbola lokal begitu digemari, seperti harapan Agum Gumelar yang pernah menjadi Ketua Umum PSSI sebelum "promosi" menjadi Ketua Umum KONI Pusat dan digantikan oelh Nurdin Halid, Ketua Umum PSSI saat ini. Jadi apakah tayangan siaran langsung ISL ini layak dihargai sedemikian "murah"?

Jika Anda ingin mengetahui efek dari harga murah ini, jawabannya tidak hanya tertuju pada PSSI sebagai penyelenggara kompetisi ISL , tetapi juga klub-klub ISL yang disiarkan langsung ketika menyelenggarakan laga home mereka. Klub-klub ISL inilah yang merasakan efek paling berat dari harga murah tersebut. Efek ini terutama tertuju pada rendahnya kompensasi hak siar yang didapatkan klub ketika menjalani laga home yang disiarkan langsung televisi.

Musim lalu kompensasi hak siar TV untuk laga home yang ditayangkan sore hari adalah 25juta rupiah per partai dan untuk tayangan langsung di malam hari sebesar 35juta rupiah per partai. pada ISL musim lalu tim seperti Persib Bandung mendapat kompensasi tertinggi dibanding klub ISL lainnya sebesar 480juta rupiah, Persija dengan 365juta rupiah dan Arema dengan sedikitnya 12 laga home yang disiarkan langsung mendapat kompensasi sebesar 315juta rupiah.

Kompensasi diatas termasuk kecil dan tak heran klub sebesar Persib Bandung merasa dirugikan. Tim berjuluk Maung Bandung yang memiliki market share seantero Jawa Barat ditambah sebagian Banten dan wilayah Indonesia lainnya sehingga tiap kali siaran langsung ditonton puluhan juta orang harusnya mendapat kompensasi beberapa kali lipat dari angka yang ditetapkan PSSI. Klub lain seperti Persebaya juga merasa ketidakadilan terhadap kompensasi yang diberikan PSSI. Alasannya ketika berlangsungnya siaran langsung pertandingan Persebaya di stadion Tambaksari, jumah penonton yang hadir menurun drastis ketimbang ketika laga tersebut tidak disiarkan langsung oleh televisi. Menurut informasi dari Saleh Mukadar, manager Persebaya harusnya kompensasi yang diberikan oleh klub berada diatas 50juta rupiah.

Sementara itu PSSI sebagai penyelenggara liga bergeming. Bisa jadi PSSI berusaha meredam gejolak ditingkat klub-klub ISL untuk menuntut tambahan kompensasi. Di satu sisi inilah ketidakmampuan PSSI untuk berdiplomasi untuk mendapatkan keuntungan lebih tinggi didalam MoU dengan pihak ANTV selaku "calon" pemegang hak siar ISL ketika itu. Padahal PSSI beserta produknya, ISL memiliki hak tawar lebih tinggi untuk menawarkan produknya tersebut.

Cerita mengenai kemelut hak siar televisi sudah jamak terjadi dekade ini. La Liga Spanyol dan Serie A dan B di Italia pernah mengalaminya. Bahkan pernah terjadi ketimpangan pembagian hak siar yang melibatkan Mediaset(perusahaan media yang dimiliki oleh taipan dan perdana menteri Italia, Silvio Berlusconi) bersama AC Milan, Inter Milan, AS Roma dan Juventus "melawan" 16 klub Serie A lainnya. Sudah barang tentu PSSI dan BLI selaku regulator liga tidak dapat diam menyikapinya. Bara didalam sekam yang menyelimuti klub-klub ISL dapat membara jika permasalahan ini diacuhkan begitu saja.

http://wearemania.net/images/berita/2011_01/2011_01_03_lpi_5.JPG

Seharusnya Klub mendapatkan lebih (foto : abi)

Bagimana solusinya?

Jika mengambil perhitungan kompensasi siaran langsung rata-rata sebesar 30juta rupiah di tiap pertandingan, maka jumlah yang didapat oleh klub dari 150pertandingan ini setara dengan 4,5Miliar rupiah. Tentu saja ini masih dibagi dengan 18 klub. Saya ambil patokan kompensasi yang diberikan hanya 30juta rupiah karena planning BLI sendiri mencoba untuk menaikkan kompensasi dari 25-35juta rupiah di musim lalu. Anggap saja ini patokan minimal. Arti lainnya share hak siar TV antara PSSI dan 18 Klub ISL(dan sekarang tinggal 15 klub) berjumlah 55% berbanding 45%.

Jika ukurannya adalah kepuasan, maka sulit untuk memastikannya karena kepuasan bersifat relatif dan bergantung dari tingkat harapan seseorang. Namun sebagai wujud penghargaan kepada klub PSSI mestinya menaikkan share/pembagian hak siar klub. Jika musim kompetisi sebelumnya potongan kue berkisar 55% untuk PSSI dan 45% untuk klub maka PSSI dapat merubahnya menjadi 70% untuk klub dan 30% untuk PSSI atau maksimal 80% untuk klub dan 20% untuk PSSI, tergantung dari beberapa hal misalnya perkembangan liga itu sendiri dari tahun ketahun, market share, nilai kontrak kerjasama, dsb.

Perubahan pembagian hak siar yang mencapai 15% menyebabkan PSSI kehilangan potensi pendapatan sekitar 1,5Miliar rupiah tiap musim kompetisi. Bagi PSSI ini berarti dua hal, nilai tersebut termasuk kecil atau terlampau besar. Jika nilai tersebut termasuk kecil maka PSSI tidak memiliki masalah jika kue hak siar itu dibagikan kepada klub, namun jika sebaliknya maka berarti PSSI memerlukan dana lebih untuk memenuhi Anggaran PSSI ditiap tahunnya. Anggaran ini tidak hanya untuk mengoperasikan liga saja tetapi juga untuk kepentingan lain mulai dari operasional kantor, Tim nasional, dll.

Solusinya, PSSI dapat melakukan perubahan MoU kerjasama sponsorship yang telah berlaku sejak tahun 2008 lalu. 100Miliar rupiah untuk 10 musim kompetisi merupakan harga yang terlampau murah menurut saya. Apalagi jika ditiap musim PSSI hanya mendapatkan jatah hak siar dari pemegang hak siar sebesar 10Miliar rupiah. Pertanyaan yang paling mendasar, apakah ISL ini tidak memiliki peluang untuk berkembang?

Semoga saja pada butir2 MoU yang melibatkan PSSI dan ANTV mengisyaratkan peluang tentang adanya perubahan kontrak kerjasama tersebut. Jika memang demikian maka PSSI memiliki peluang untuk menambah pundi-pundi pendapatan dari hak siar TV dari angka 10Miliar semusim seperti sekarang ini. Semoga. (we/oke)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar